Kamis, 05 Des 2024
xNUCare-Lazisnu

Aswaja An-Nahdliyah

waktu baca 3 menit
Kamis, 21 Jul 2022 1481 Abah Nada

NU Media – Aswaja yang merupakan akronim dari Ahlussunnah wal-Jamaah adalah salah satu dari tiga ideologi genuine, yaitu Khawarij, Aswaja, dan Syi’ah. Dalam pandangan Abid al-Jabiri, ketiga-tiganya adalah partai politik. Meskipun kadarnya tidak sama, Khawarij dan Syi’ah lebih kental porsi kepolitikannya.

Eramulti Computer

Namun demikian, meski term “sunnah” dan “jamaah” memang sudah ada dalam hadits sahih pada konteks dan redaksi lain, nomenklatur Aswaja (Ahlussunnah wal-Jamaah) tidak dikenal pada masa Nabi Muhammad dan Sahabatnya (Prof Said Aqil Siroj, 2008). Sebuah bid’ah istilahiyah yang dinilai pas untuk menggambarkan “thaifah najiyah”.

Ulama pertama yang menggaungkan nomenklatur Aswaja adalah Al-Baqilani (w.403); Al-Baghdadi (w.429); Al-Juwaini (w.478); Al-Ghazali (w.505), As-Syahrastani (w.548) dan Ar-Razi (w.606). Mereka pengikut Imam Madzhab yang empat dalam fikih, Imam Abu Hasan Al-Asy’ari (269–323 H) dan Imam Abu Manshur al-Ma’turidi (238–333 H) dalam akidah, serta Imam Al-Ghazali dan Imam Junaid Al-Baghdadi dalam bidang tasawuf. Para imam ini merupakan perumus akidah, fikih dan tasawuf Aswaja, yang mengambil dari al-Quran, al-Hadits, dan tradisi Salafus shalih. Mereka diakui saling berkonvergensi secara baik (Dr. Abu Zahrah, I/2008

Persoalan keagamaan yang diusung sejumlah kelompok islam di Indonesia kerap menimbulkan narasi buruk di masyarakat karena mengandung provokasi dan upaya memojokan kelompok islam tetentu. Saat dilakukan dialog panjang mengenai keagamaan, mereka kerap menyebut sebagai bagian dari kelompok Ahlussunnah wal-Jamaah (Aswaja). Klaim semacam ini banyak dilakukan oleh orang-orang diluar NU, yang menurut para ulama NU ciri-ciri Aswaja ini sesungguhnya tidak ada pada mereka, seperti senang mengkafirkan dan menyesatkan orang lain, mengklaim bahwa kebenaran hanya melekat pada diri mereka sehingga siapapun terutama orang islam diluar kelompok mereka adalah bukan Aswaja. (KH. Ahmad Ishomuddin, Rais Syuriyah PBNU, 2015-2020).

Gedung PCNU Berau

Seiring banyaknya klaim setiap orang mengaku sebagai bagian dari Aswaja, Nahdlatul Ulama yang merupakan bagian Aswaja kuno dari Salafus-Shalih seluruh dunia yang hidup di Indonesia menambahkan kata An-Nahdliyah di belakang kata Aswaja sehingga menjadi Aswaja An-Nahdliyah. Kata An-Nahdliyah merupakan penisbatan dari jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU). Maka dapat disimpulkan, Aswaja An-Nahdhiyah adalah Islam Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah yang lahir 31 Januari 1926 Miladiyah yang bertepatan dengan 16 Rajab 1344 Hijriyah di Surabaya dengan nama Nahdlatul Ulama.

NU menambahkan An-Nahdliyah di belakang kata Aswaja karena NU memiliki khashais dan mumayyizat atau ciri-ciri dan tipologi yang secara khusus tidak dimiliki organisasi lain yang mengaku sebagai kelompok Aswaja. Kata An-Nahdliyah adalah pembeda yang melekat pada Aswaja di kalangan orang NU dan perkumpulan NU, sebagai perkumpulan sosial keagamaaan yang kaya tradisi keagamaan yang tidak dilakukan kelompok Islam lain.

Wallaahul Muwaffiq ilaa Aqwamith Thariiq.

(Penulis adalah Sekretaris PCNU Berau; disadur dari berbagai referensi)

xNUCare-Lazisnu