Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuhu,
Kami mau bertanya. Karena kadang merasa terganggu melihat sesuatu, apakah boleh memejamkan mata saat shalat dan bagaimana hukumnya?
(Tanya jawab dalam acara menyambut 1 Muharram 1446 H di Masjid Al-Furqan, Sambaliung, Berau)
JAWABAN
Wa’alaikumussalaam Warahmatullaahi Wabarakaatuhu,
Penanya NU Media yang budiman. Semoga Allah Subhanahu WaTa’ala senantiasa mencurahkan rahmatNya untuk kita semua, aamiin.
Saat melaksanakan shalat seseorang dituntut mengerjakannya dalam keadaan khusyuk sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Zainudin Al-Malibari dalam kitabnya Fathul Muin halaman 125,
وسن (فيها) أي في صلاته كلها (خشوع بقلبه) بأن لا يحضر فيه غير ما هو فيه وإن تعلق بالآخرة (وبجوارحه) بأن لا يعبث بأحدها وذلك لثناء الله تعالى في كتابه العزيز على فاعله بقوله قد أفلح المؤمنون الذين هم في صلاتهم خاشعون ولانتفاء ثواب الصلاة بانتفائه كما دلت عليه الأحاديث الصحيحة
“Sunah khusyuk di hatinya, di seluruh shalatnya, yaitu dengan tidak menghadirkan di hatinya selain yang terkait dengan shalat meskipun terkait dengan masalah akhirat. Sunah pula adanya khusyuk pada anggota badannya, yaitu dengan cara tidak bermain-main. Kesunahan khusyuk dikarenakan Allah memuji di dalam kitabNya kepada para pelaku khusyuk dengan ungkapan,
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ، الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
(Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya). Juga karena pahala shalat tidak bisa didapatkan apabila tidak khusyuk sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadis-hadis sahih.”
Dalam kitab tersebut beliau juga menyatakan sunah bagi orang yang melaksanakan shalat menfokuskan pandangan pada tempat sujudnya sebab itu akan mendatangkan kekhusyuan. Beliau mengatakan,
وسن إدامة نظر محل سجوده لأن ذلك أقرب إلى الخشوع، ولو أعمى، وإن كان عند الكعبة أو في الظلمة، أو في صلاة الجنازة. نعم، السنة أن يقتصر نظره على مسبحته عند رفعها في التشهد لخبر صحيح فيه
”Disunahkan melanggengkan pandangan ke arah tempat sujud supaya lebih khusyuk, sekalipun tuna tentra, sedang shalat di dekat Ka’bah, shalat di tempat yang gelap, ataupun shalat jenazah. Namun disunahkan mengarahkan pandangan ke jari telunjuk ketika mengangkat jari telunjuk saat tasyahud akhir karena ada dalil shahih tentang kesunahan itu.”
Lalu apakah boleh seandainya shalat dilakukan sambil memejamkan mata sebagaimana pertanyaan di atas? maka jawabannya adalah, hukum memejamkan mata saat shalat diperbolehkan dan bahkan sunah jika sekiranya ada sesuatu yang menggangu pandangan dan pikirannya. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Sayyid Abu Bakar Syatha dalam kitab I’anah ath-Thalibin dan dalam masalah ini beliau merincinya menjadi empat keadaan:
Referensi:
إعانة الطالبين، البكري الدمياطي : ج ١، الصفحة ٢١٤
قوله: ولا يكره تغميض عينيه، أي لأنه لم يرد فيه نهي: قال ع ش: لكنه خلاف الأولى، وقد يجب التغميض إذا كان العرايا صفوفا، وقد يسن كأن صلى لحائط مزوق ونحوه مما يشوش فكره. قاله العز بن عبد السلام. اه م ر. قوله: إن لم يخف، أي من التغميض ضررا، فإن خافه كره
Wallaahu a’lamu binafsil amri wa haqiiqatil haal.
(Mujawib: Ustadz Sahrul Anam, S.Pd.I. – Ketua Lembaga Bahtsul Masail PCNU Berau)