xNUCare-Lazisnu

Adab Hari Jum’at

waktu baca 5 menit
Jumat, 3 Sep 2021 573 NU Media

اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَ فْهَمَنَا بِشَرِ يْعَةِ  النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

Eramulti Computer

اَللَّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ

أَ مَّا بَعْدُ

فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى الله، وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْن، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، اَعُوْذُبِااللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ، ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Gedung PCNU Berau

Jamaah Jum’at Rahimakumullah,

Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita simak sebuah nasehat indah al Hujjatul Islam, al Imamul Ghazali Rahimahullaahu Ta’ala, mengenai kelebihan hari jum’at serta adab dan amaliah apa saja yang baik untuk kita jalankan di dalamnya.

Di dalam kitabnya Bidayatul Hidayah, “Faslun Fii Aadaabil Jumu’ah” (atau fasal yang menerangkan tentang adab-adab pada hari Jum’at), beliau Rahimahullaahu Ta’ala menjelaskan:

Ketahuilah olehmu bahwa hari jum’at itu adalah hari raya bagi orang Islam. Yaitu hari yang mulia, yang telah dikhususkan oleh Allah Ta’ala kepada umat  Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Pada hari itu ada satu saat yang mustajab untuk berdoa. Maka bersiaplah engkau menyambutnya.

Hendaklah engkau membersihkan pakaianmu dan memperbanyak mengucap tasbih serta istighfar sejak hari kamis petang, karena masa itu telah menyamai kelebihan hari jum’at.

Dan jika engkau ditakdirkan menjumpai hari jum’at, hendaklah engkau mandi di waktu paginya karena mandi pada hari itu adalah sunnah mu’akadah bagi setiap orang yang baligh, yang diwajibkan sembahyang jum’at atasnya.

Kemudian ambilah perhiasanmu dengan pakaian yang putih serta wangikanlah dirimu dengan sebaik-baik wewangian yang engkau miliki, karena itu lebih disukai di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bersegeralah engkau pergi ke masjid dan berjalanlah dengan perlahan, tidak terburu-buru serta penuh ketenangan. Ingatlah akan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,

مَنْ رَاحَ فِيْ السَّاعَةِ الْأُوْلَى فَكَأَ نَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً،وَمَنْ رَاحَ فِيْ السَّاعَةِ الثَانِيَةِ فَكَأَ نَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِيْ السَّاعَةِ الثَالِثَةِ فَكَأَ نَّمَا قَرَّبَ كَبَشًا، وَمَنْ رَاحَ فِيْ السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَ نَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِيْ السَّاعَةِ الخَامِسَةِ فَكَأَ نَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً، فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ طُوِيَتِ الصُّحُفُ وَرُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَاجْتَمَعَتِ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ الْمِنْبَرِ يَسْتَمِعُوْنَ الذِّكْرَ 

“Siapa yang pergi ke masjid hari jum’at di waktu yang pertama, maka seakan ia berkurban dengan seekor unta. Dan siapa yang pergi pada waktu yang kedua, maka seakan dia berkurban dengan seekor sapi. Dan siapa yang pergi pada waktu yang ketiga, maka seakan dia berkurban dengan seekor kambing. Dan siapa yang pergi pada waktu yang keempat, maka seakan dia berkurban dengan seekor ayam. Dan siapa yang pergi pada waktu yang kelima, seakan-akan dia berkurban dengan sebiji telur. Dan apabila Imam telah naik ke atas mimbar, maka dilipatlah buku catatan, dan diangkatlah segala qalam, kemudian para malaikat duduk di tepi mimbar untuk mendengarkan khutbah.” (mutafaqun ‘alaihi).

Telah sampai kepadaku riwayat, bahwa kadar seorang hamba ketika melihat Allah Ta’ala pada hari kiamat nanti adalah berdasarkan kadar bersegeranya hamba tersebut pergi ke masjid.

Kemudian apabila engkau telah masuk ke dalam masjid, maka tuntutlah olehmu shaf yang pertama. Namun jika engkau terlambat, janganlah engkau langkahi bahu-bahu orang banyak untuk mencapainya dan janganlah engkau berlalu di hadapan orang yang sedang melaksanakan sembahyang.

Dan jangan engkau duduk di dalam masjid kecuali telah engkau kerjakan sembahyang sunnah tahiyyatul masjid. Janganlah engkau tinggalkan walaupun imam sedang berkhutbah. Maka dalam perkara ini, ringankanlah sembahyangmu dengan mengerjakan yang wajib-wajib saja. Apabila engkau telah selesai, maka duduklah dengan tenang dan perbanyaklah bacaan zikir serta shalawatmu hingga Imam naik untuk berkhutbah. Dan apabila Imam telah naik ke atas mimbar maka putuskanlah segala doa dan bacaanmu, dan hendaklah engkau memberikan perhatianmu untuk menjawab adzan lalu engkau dengarkan khutbah dengan penuh kesungguhan. Janganlah engkau berkata-kata atau melakukan pekerjaan sia-sia, karena disebutkan di dalam hadits,

إِنَّ مَنْ قَالَ لِصَاحِبِهِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ “أَنْصِتْ” فَقَدْ لَغَا، وَمَنْ لَغَا فَلَاجُمُعَةَ لَهُ

“sesungguhnya, siapa yang berkata kepada kawannya ketika khatib sedang membaca khutbah dengan ucapan “diamlah kamu”, maka orang itu telah sia-sia, dan siapa yang sia-sia, maka ia tidak akan mendapatkan pahala jum’atnya.”

Setelah khatib selesai dengan khutbahnya, sembahyanglah engkau bersama Imam dan apabila engkau selesai dari sembahyangmu maka janganlah engkau segera berlalu, karena hal itu merupakan adab kepada Tuhanmu.

Sebelum engkau berkata-kata atau mengucapkan sesuatu, dengan tidak merubah duduk tawarrukmu, hendaklah engkau membaca surah al-fatihah, al-ikhlash, al-falaq, dan an-naas masing-masing tujuh kali, karena yang demikian itu akan memelihara engkau dari gangguan syaitan dan akan menjadi benteng yang kokoh bagimu untuk menghadapinya hingga sampai hari jum’at berikutnya.

Kemudian bacalah olehmu doa,

اَللّٰهُمَّ يَاغَنِيُّ يَاحَمِيْدُ، يَامُبْدِئُ يَامُعِيْدُ، يَارَحِيْمُ يَاوَدُوْدُ، أَغْنِنِيْ بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَبِطَاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ، وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

“Yaa Allah, Tuhan Yang Maha Kaya dan Yang Maha Terpuji, Yang Memulakan (Ciptaan Makhluq) dan Yang Mengembalikannya, Yang Sangat Kasih Sayang dan Sangat Mencintai; Kayakanlah aku dengan rizkiMu yang halal, bukan dengan yang harom. Dan anugerahkanlah kepadaku taat kepadaMu, bukan maksiat. Dan berkahilah aku dengan kelebihanMu, bukan dengan kelebihan orang lain.”

Setelah engkau selesai dengan sembahyang jum’atmu, hendaklah engkau sembahyang sunnah ba’diyah dua rakaat, empat rakaat atau enam rakaat. Dan hendaklah engkau berupaya duduk di dalam masjid atau di majelis ilmu yang bermanfaat serta menambah takutmu kepada Allah, perbanyaklah doamu hingga waktu mahgrib atau sekurang-kurangnya hingga waktu ashar, untuk menanti saat yang mustajab itu. Karena waktu mustajabnya doa sepanjang hari jum’at itu dirahasiakan Allah, maka biarkanlah dirimu mendapatinya sedang engkau berada dalam kekhusyukan kepadaNya.

Dan berusahalah sehingga engkau dapat bersedekah sesuai kadar kemampuanmu pada hari itu. Maka dengan semua amaliah itu, telah bermakna engkau menghimpunkan sembahyang, sedekah, membaca al-qur’an, zikir dan i’tikaf.

Jadikanlah hari jum’at sebagai hari yang engkau khususkan bagi akhiratmu. Mudah-mudahan ia menjadi kafarat bagi hari-hari lainmu.

(Hujjatul Islam, Imamul Ghazali; Bidayatul Hidayah, Baabul Awwalu Fii Thaa’ati Zhahirah, Faslun Fii Adabil Jumu’ah)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Semoga penjelasan Imam Ghazali di atas dapat menjadi tambahan pengetahuan kita bersama sehingga memacu kita untuk terus belajar memperbaiki kualitas ibadah kita. Semoga kita senantiasa dikarunia Allah petunjuk, sehingga mampu meningkatkan keimanan kepadaNya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَاَقُوْلُ قَوْ لِى هَذَا، وَأسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ  لِيْ وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

xNUCare-Lazisnu