xNUCare-Lazisnu

Akhlak Karimah Adalah Sifat Orang Yang Rajin Shalat

waktu baca 3 menit
Rabu, 28 Sep 2022 565 NU Media

NU Media – Seorang muslim yang rajin shalat harus memiliki akhlak mulia. Ia harus berinteraksi dengan orang lain secara baik, lembut, penuh toleransi dan memiliki sifat terpuji laksana bunga yang mekar indah menawan, lembut tunduk tawadhu.

Eramulti Computer

Lemah lembut dan tutur kata manis serta benar adalah buah dari akhlak karimah, sementara ucapan kasar dan suka mencaci adalah tanda akhlak tercela. Akhlak karimah mendatangkan rasa cinta, kasih sayang dan eratnya persaudaraan sedang akhlak tercela mengakibatkan permusuhan, kedengkian dan kerenggangan hubungan.

Keutamaan akhlak karimah dalam agama sangatlah jelas. Allah Ta’ala telah memuji NabiNya dengan sifat yang wajib dimiliki oleh setiap muslim, “Dan sesungguhnya engkau berada dalam akhlak yang agung.”

Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam telah menegaskan,

Gedung PCNU Berau

أكثرما يدخل الناس الجنة تقوى الله وحسن الخلق

“Amal yang paling banyak memasukkan manusia ke surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak karimah.” (H.R. At-Tirmidzi, 4:363).

Usamah Radhiallaahu ‘Anhu bercerita, “kami  bertanya, ya Rasulullah, apa yang terbaik yang dimiliki manusia? Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, akhlak terpuji!” (H.R. Ibnu Majah, 2:1137).

Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق

“Aku diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak.” (H.R. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad: 247, dan lainnya).

Lalu jika ada yang bertanya, “mengapa banyak orang yang shalat tetapi shalatnya tidak mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar serta tidak menjadikannya berbuat yang ma’ruf, akhlaknya buruk dan ucapannya kasar atau tidak baik dalam mempergauli orang lain, suka mencela, tidak istiqamah dan tidak ikhlas dalam beramal, padahal Allah berfirman bahwa shalat itu sesungguhnya mencegah perbuatan keji dan munkar (Al-Ankabuut : 45)?”

Dapat kita jawab bahwa mereka itu belum melakukan shalat sebagaimana mestinya sesuai yang dicontohkan dan diajarkan oleh Sayyid kita, Rasulullah kepada para Sahabat Radhiallaahu ‘Anhum. Mereka tidak mau mendalami tentang shalat dan enggan memperbaikinya. Mereka shalat hanya sebatas melakukan gerakan lahir dengan mengikuti yang lain, atau yang diistilahkan dengan “amalan rutin”.

Tidakkah kita mencermati sebuah riwayat, bahwa ada seseorang masuk masjid kemudian ia shalat lalu ditegur oleh Rasulullah dan beliau menegurnya tiga kali, “ulangi shalatmu, engkau belum shalat!” riwayat ini secara jelas menunjukkan bahwa ada sebagian orang yang melakukan shalat hanya sebatas gerakan sehingga ia belum dianggap telah melakukan shalat. Hal ini terjadi karena ketidakpahaman serta mau mendalami perkara agama yang berakibat rusaklah shalatnya. Pria yang mendapat teguran Nabi tersebut adalah seorang sahabat yang sudah tidak perlu diragukan lagi tingkat keihkhlasannya. Namun beliau, Rasulullah menegaskan bahwa shalatnya itu rusak karena keabsahan suatu ibadah tidak semata keikhlasan tetapi juga terpenuhi keilmuannya.

Seorang ulama berkata, “setiap orang yang beramal tanpa ilmu akan tertolak.” Aku bermohon kepada Allah agar Dia menganugerahkan ilmu dan keikhlasan dalam setiap amalanku, sehingga shalatku mampu menjadikanku berakhlak karimah.

(Syeikh Hasan Ali As-Saqqaaf Al-Qurasyi Al-Hasyiimi, Shahiih Shifat Shalat an-Nabiy min at-Takbiir ilaa at-Tasliim Ka’annaka Tanzhur ilaihaa)

xNUCare-Lazisnu