NU Media – Definisi, Syarat dan Rukun Niat dijelaskan secara ringkas di dalam Kitab Safiinatun Najaa,
النِّيَّةُ: قَصْدُ الشَّيْءِ مُقْتَرِناً بِفِعْلِهِ. وَمَحَلُّهَا: الْقَلْبُ. وَالتَّلَفُّظُ بِهَا: سُنَّةٌ. وَوَقْتُهَا، عِنْدَ غَسْلِ أَوَّلِ جُزْءٍ مِنَ الْوَجْهِ. وَالتَّرْتِيْبُ: أَنْ لاَ يُقَدَّمَ عُضْوٌ عَلَى عُضْوٍ.
Niat adalah menyengaja sesuatu yang dibarengi dengan mengerjakannya. Tempat niat di dalam hati. Melafazhkannya sunnah. Waktu niat saat membasuh bagian pertama dari wajah (di dalam wudhu). Adapun maksud dari tartib yaitu berurutan, bagian yang pertama tidak didahului oleh bagian yang lain.
Niat Shalat
النِّيَّةُ ثَلاَثُ دَرَجَاتٍ: إنْ كَانَتِ الصَّلاَةُ فَرْضَاً. وَجَبَ قَصْدُ الْفِعْلِ، وَالتَّعْيِيْنُ، وَالْفَرْضِيَّةُ. إِنْ كَانَتْ نَافِلَةً مُؤقَّتَةً كَرَاتِبَةٍ أَوْ ذَاتِ سَبَبٍ، وَجَبَ قَصْدُ الْفِعْلِ وَالتَّعْيِيْنُ. إِنْ كَانَتْ نَافِلَةً، وَجَبَ قَصْدُ الْفِعْلِ فَقَطْ.
Tingkatan niat ada 3, yaitu (1) jika shalat fardhu maka wajib qashdu al-fi’li (menyengaja berbuat) dan ta’yin (menentukan jenis shalat) serta fardhiyyah (menyatakan kefardhuannya), (2) jika shalat sunnah muaqqat (yang ditentukan waktunya) seperti sunnah rawatib atau yang memiliki sebab maka wajib qashdu al-fi’li (menyengaja berbuat) dan ta’yin (menentukan jenis shalat), dan (3) jika shalat sunnah mutlak (tidak terikat waktu) maka wajib qashdu al-fi’li (menyengaja berbuat) saja.
الْفِعْلُ: أُصَلِّيْ. وَالتَّعْيِيْنُ: ظُهْرَاً، أَوْ عَصْرَاً. وَالْفَرْضِيَّةُ: فَرْضَاً.
Adapun yang dimaksud berbuat adalah ucapan ushalli (aku shalat), ta’yin ucapan Zhuhur atau Ashar, dan fardhiyyah ucapan fardhu. Misalnya, “aku shalat zhuhur,fardhu.”
Wallaahu a’lamu bish-shawaabi.
(Syaikh Salim ibn Sumair al Hadrami, Safiinatun Najaa)