xNUCare-Lazisnu

Hakikat Iman dan Pengertian Islam

waktu baca 3 menit
Sabtu, 17 Sep 2022 300 NU Media

NU Media – Hakikat iman menurut lughat atau bahasa adalah at-tashdiq artinya membenarkan sesuatu sebagaimana adanya, baik Nabi atau lainnya. Sedangkan menurut syara’ atau istilah para ahli hakikat muhaqqiq dari golongan Abu al-Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansyur al-Maturidy adalah membenarkan kenabian Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beserta yang diwahyukan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya (agama islam) dengan pengetahuan yang dharurah agar orang awam dapat mengetahui dengan atau tanpa dalil. Maka hakikat iman atas orang awam ini disebut basith atau tiada tersusun yakni tashdiq (membenarkan hati).

Eramulti Computer

Mengenai iqrar dua kalimat syahadat bukanlah merupakan hakikat iman tetapi hanya syarat untuk melaksanakan segala hukum islam di dunia, demikian menurut Sa’aduddin dalam Syarh Aqa’id. Perkataan inilah yang menjadi acuan Syeikh Abu Mansyur al-Maturidy karena meskipun tashdiq di dalam hati merupakan hakikat iman tetapi ia bersifat batin yang samar dan tersembunyi. Tashdiq merupakan tanda yang menunjukkan atas iqrar terhadap dua kalimat syahadat agar dapat melaksanakan segala hukum islam. Hal ini memberi pengertian kepada kita, “barang siapa tashdiq (membenarkan segala apa yang dibawa Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam) di dalam hatinya dan lisannya mengikrarkan dua kalimat syahadat, maka orang tersebut mukmin pada batinnya karena ada hakikat iman (pada hatinya) dan mukmin pula pada zahirnya karena ada tanda yang tampak yaitu iqrar. Dapat dilaksanakan baginya hukum islam, sah ia dinikahkan dengan orang islam, sah ia menjadi imam shalat, halal dimakan sembelihannya, apabila ia meninggal jenazahnya dimandikan dan dishalatkan serta dimakamkan dipemakaman orang islam, hartanya boleh diwaris oleh kerabatnya yang beragama islam, dan seluruh yang berkenaan dengan hukum islam berlaku baginya.”

Dalil yang menunjukkan bahwa iman itu adalah tashdiq dan bukan iqrar dengan lisan adalah ayat-ayat al-Qur’an berikut,

وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالإيمَانِ

Gedung PCNU Berau

Dan hatinya tetap tenang dalam beriman. (An-Nahl : 106)

وَلَمَّا يَدْخُلِ الإيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ

Karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian. (An-Hujuraat : 14)

أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإيمَانَ

Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan ke dalam hatinya. (Al-Mujaadilah : 22)

Lalu jika ditanyakan apa arti islam? Maka islam menurut lughat atau bahasa adalah الخضوع والإنقياد (al-khuduu’u wal inqiyaadu) artinya tunduk dan patuh atau merendah diri dan mengikuti. Sedangkan menurut syara’ إمتثال المأ مورات واجتناب المنهيّات (imtistaalu al-ma’muuraati wajtinaabu al-manhiyyaati) artinya mengikuti serta mengerjakan segala perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala serta menjauhi segala yang dilarangNya. Menerima serta rida dengan segala hukumNya dan tidak menolaknya, sama saja apakah diamalkan ataupun tidak.

Dapat disimpulkan berdasarkan ta’rif (definisi) di atas bahwa antara iman dan islam berbeda dalam pengertiannya namun keduanya bagai dua sisi mata uang, saling berhubungan dan tidak terlepas satu sama lain dalam pandangan syara’. Tidak diperoleh mukmin tanpa muslim, dan sebaliknya. Barang siapa bersifat dengan iman maka bersifatlah ia dengan islam dan barang siapa bersifat dengan islam maka bersifatlah ia dengan iman.

Oleh karena itu wajib hukumnya bagi orang-orang yang beriman memelihara imannya dari segala hal yang dapat merusaknya, karena siapa saja yang rusak imannya maka jatuhlah ia kepada kekafiran serta musnahlah segala amal perbuatan. Na’uudzu billaahi min dzaalik.

(Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Tuhfatur Raghibiin)

xNUCare-Lazisnu