Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuhu,
Di tempat kami, kadang yang mengumandangkan azan adalah anak yang belum balig (anak TPA), dan bahkan anak-anak yang agak besar kami suruh menjadi imam salat. Bagaimana hukumnya, apakah diperbolehkan?
(Jama’ah Solidaritas TRABAS, Trans Bangun, Sambaliung, Berau)
JAWABAN
Wa’alaikumussalaam Warahmatullaahi Wabarakaatuhu,
Penanya NU Media yang budiman. Semoga Allah Subhanahu WaTa’ala senantiasa mencurahkan rahmatNya untuk kita semua, aamiin.
Azan secara bahasa berarti pemberitahuan. Secara syariat, azan adalah pemberitahuan tentang masuknya waktu salat dengan menggunakan lafaz-lafaz yang sudah ditentukan. Dalam literatur fiqih, orang yang mengumandangkan azan harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut:
Adapun kesunahan-kesunahan dalam mengumandangkan azan adalah:
Dari beberapa ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya anak kecil (setingkat TPA) diperbolehkan untuk mengumandangkan azan asalkan benar pengucapan lafaznya. Hanya saja jika mengacu pada kesunahan dalam mengumandangkan azan, maka orang dewasa yang memenuhi kriteria di atas lebih diutamakan.
Kemudian terkait anak kecil menjadi imam salat apakah diperbolehkan dan sah? maka sebagaimana dijelaskan dalam hadis bahwasanya di masa Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam pernah terjadi peristiwa demikian. Salah satu sahabat yang masih kecil yaitu ‘Amr bin Salamah mengimami para pengikutnya:
كان عمرو بن سلمة يؤم قومه على عهد رسول الله ﷺ وهو ابن ست أو سبع سنين.
“Amr bin Salamah mengimami kaumnya di masa Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam, sedangkan dia masih berumur sekitar enam atau tujuh tahun.” (HR. Bukhari)
Berdasarkan hadis tersebut para ulama Syafi’iyyah berpandangan bahwa dihukumi sah salatnya orang yang sudah balig ketika bermakmum kepada anak kecil yang sudah tamyiz (dapat membedakan hal baik dan buruk) dan mengerti tentang syarat-syarat serta rukun salat, meskipun jamaah model demikian dihukumi makruh sebab bagaimanapun masih lebih utama orang yang sudah balig yang seharusnya menjadi imam. Selain itu hukum makruh ini dilandasi karena menurut tiga mazhab yang lain selain Imam Syafi’i, bermakmum kepada anak kecil pada salat fardu dihukumi tidak sah. Keabsahan salat dengan anak kecil ini berlaku dalam semua salat baik itu salat fardu maupun salat sunat, kecuali pada salat jumat saat anak kecil menjadi imam dan termasuk dalam hitungan 40 orang yang dapat mengabsahkan salat jumat, maka keadaan demikian tidak boleh bagi anak kecil untuk menjadi imam.
Referensi:
فقه العبادات – شافعي (ص: 265)
شروط المؤذن
١. الإسلام والعقل: فلا يصح أذان الكافر أو المرتد أو المجنون لأنهم ليسوا من أهل العبادات
٢. التمييز
٣. الذكورة إلا في جماعة نسوة فإذا أذنت امرأة للرجال لم يعتد بأذانها لأنه لا تصح إمامتها للرجال فلا يصح تأذينها لهم
٤. أن يكون عارفا بالمواقيت إن كان مولى (موكلا به بشكل دائم) ومرتبا للأذان
ما يسن في الأذان والإقامة
١. أن يكون المؤذن حرا بالغا
٢. أن يكون المؤذن صيتا
٣. أن يكون عالما بأوقات الصلاة عدلا
٤. أن يكون المؤذن متطوعا
٥. أن يكون على طهارة لأن الأذن ذكر وهو متصل بالصلاة فيستحب أن يكون على طهارة
٦. أن يكون قرب المسجد على موضع عال
٧. أن يؤذن قائما
٨. أن يكون متوجها إلى القبلة فإذا بلغ الحيعلتين التفت عن يمينه فقال: “حي على الصلاة حي على الصلاة” ثم عن يساره فقال: “حي على الفلاح حي على الفلاح” من غير أن يحول صدره عن القبلة ولا قدميه عن مكانهما
٩. أن يجعل إصبعيه في أذنيه في الأذان دون الإقامة
١٠. أن يجمع كل تكبيرتين بنفس
الفقه على مذهب الأربعة (ج: 1 ص:642)
الشافعية قالوا: يجوز اقتداء البالغ بالصبي المميز في الفرض إلا في الجمعة فيشترط أن يكون بالغا إذا كان الإمام من ضمن العدد الذي لا يصح إلا به فإن كان زائدا عنهم صح أن يكون صبيا مميزا
Wallaahu a’lamu binafsil amri wa haqiiqatil haal.
(Mujawib: Ustadz Sahrul Anam, S.Pd.I. – Ketua Lembaga Bahtsul Masail PCNU Berau)