Sabtu, 15 Mar 2025
xNUCare-Lazisnu

Jangan Berghibah!

waktu baca 3 menit
Minggu, 25 Sep 2022 725 NU Media

NU Media – Ketahuilah wahai thalib, bahwa dosa mengumpat orang lebih berat dari tiga puluh kali berzina sebagaimana disebutkan dalam hadits,

Eramulti Computer

الغيبة أشدّمن ثلاثين زنية من الإسلام

Ghibah lebih berat dari tiga puluh penzina

Yang dimaksud dengan ghibah atau mengumpat itu ialah engkau membicarakan apa saja perkara seseorang yang ia akan marah apabila mendengarnya. Maka dengan itu engkau termasuk orang yang zalim meskipun apa yang engkau katakan tentang perkara seseorang itu adalah kebenaran. Dan jika yang engkau sebutkan itu tidak ada bukti kebenarannya, maka engkau telah mengada-ada (buthan) yang dosanya jauh lebih besar lagi dari mengumpat.

Gedung PCNU Berau

Jauhilah pula olehmu cara-cara ulama su’ yaitu mengumpat dengan tidak menggunakan bahasa yang jelas tetapi mengandung makna yang sangat tajam (sindiran). Semisal engkau ditanya tentang perkara seseorang kemudian engkau menjawab, “mudah-mudahan Allah membaikkan keadaannya. Sebenarnya saya berduka cita mendengar apa yang telah dilakukannya. Saya senantiasa berdoa agar Allah memperbaiki keadaannya dan kita semua.” Maka sejatinya perkataan semacam ini telah mengumpulkan dua kesalahan, pertama sedang mengumpat orang dan yang kedua memuji dan menganggap bersih diri sendiri dengan cara menyalahkan orang lain. Seandainya niatmu ikhlas dengan doamu atas orang tersebut, maka pasti engkau akan melakukannya dengan cara tersembunyi saat sedang sendirian. Manakala engkau merasa sedih melihat perbuatannya, itulah tanda bahwa engkau sebenarnya tidak suka membuka aibnya di hadapan orang lain. Tetapi ketika engkau menzahirkan rasa sedihmu, maka hakikatnya engkau menzahirkan keaibannya.

Cukuplah firman Allah ini bagimu supaya engkau meninggalkan segala bentuk ghibah,

وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ

Dan janganlah sebagian kamu mengumpat sebagian yang lain. Apakah seseorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang telah menjadi bangkai? Maka tentulah kamu merasa jijik daripadanya. (Al-Hujurat : 12)

Allah Ta’ala telah menyerupakan engkau dengan pemakan bangkai manakala engkau mengumpat saudaramu, maka hindarilah penyakit ghibah ini sebab andai engkau mau berfikir tentunya engkau tidak akan melakukannya.

Cobalah engkau lihat dirimu, bukankah engkau pun pernah mengerjakan maksiat baik secara tersembunyi maupun terang-terangan? Maka apabila engkau menyadari bahwa dirimu mempunyai banyak kelemahan bagaimana mungkin engkau menjadi penghakim atas saudaramu yang juga memiliki kelemahan. Uzurnya adalah sama dengan uzurmu, namun kenapa engkau suka menyebut-nyebut kekurangannya? Tentu ia tidak akan suka, sebagaimana engkau pun tidak berkenan diperlakukan demikian.

Allah Ta’ala akan menutup aibmu apabila engkau menutupi aib orang lain. Namun jika engkau suka membongkar kesalahan orang lain, Allah pasti akan menyediakan lidah-lidah yang lebih tajam untuk membongkar kesalahanmu dan membeberkan segala rahasiamu di hadapan seluruh makhluk, di pengadilan akhirat nanti.

Seandainya engkau melihat dirimu bebas dari dosa dan bersih dari segala aib dalam urusan agama maupun duniamu, maka ketahuilah bahwa kejahilanmu itu adalah sejahat-jahat kejahilan. Tidak ada aib yang lebih besar daripada  seseorang yang menganggap dirinya bersih.

Sebenarnya ketika itu, Allah tidak menghendaki kebaikan terhadap dirimu. Jika Dia menghendakinya, tentu akan ditunjukanNya kepadamu aibmu. Maka ketika engkau melihat dirimu sebagai orang yang bersih, itulah kesudahan dari segala kejahilanmu.

Lalu sekiranya engkau memang benar menurut sangkamu bahwa engkau orang yang tidak memiliki aib, maka perbanyaklah engkau bersyukur kepada Allah dengan tidak menyebut-nyebut kejelekan orang lain yang  sesungguhnya termasuk di antara perbuatan tercela dan keaiban dirimu yang besar. Wallaahul Musta’aan.

(Imam Ghazali, Bidayatul hidayah)

xNUCare-Lazisnu